Hello! I’m so sorry for the super late post. I promised you to post every week, but in the end after a couple of months, finally I’m able to post something. So this time I won’t post about review nor life in Japan. And yeah, I won’t promised you anything haha.
This time I will post about my opinion, and because of that, to make sure I’ll write it properly, I’ll do this post in my native language : Bahasa Indonesia.
Sesuai judul, saya mau bahas masalah opini saya terhadap manusia itu sendiri. Karena ini pure opini saya jadi kalau ada beda pendapat ya wajar. Kalaupun nantinya ada fakta yang saya paparkan dan ternyata keliru, tolong kontak saya.
Tahun ini kalau sampai Desember, saya akan berumur 24 tahun. Sebagaimana anak-anak seumuran saya pada umumnya (yang saya pahami) sedang galau masalah pekerjaan, plan hidup, dan yang paling sering ya masalah partner hidup alias jodoh.
Berawal dari cerita teman yang sedang cek cok dengan pasangannya, lalu saya teringat tentang episode US Drama FRIENDS (season 8, episode 16). Di episode itu Phoebe memperkenalkan Monica ke laki-laki yang Phoebe anggap Soulmate-nya. Sedangkan Chandler, suami Monica, panik karena takut Monica akan berpindah hati karena laki-laki itu (dianggap) soulmatenya. Dari episode itu saya terfikirkan 2 pilihan yang manusia bisa pilih. 1. percaya akan soulmate; 2. seperti Monica, tidak percaya soulmate dan berusaha sekuat tenaga membangun relationship. nah 2 hal itu yang mau saya bahas.
Jujur, saya termasuk orang yang percaya akan adanya soulmate (jodoh). saya percaya, jika dia memang jodoh saya, semua akan mudah, tanpa basa basi (pacaran). saya juga percaya mau seberusaha apapun saya, jika memang dia bukan jodoh saya ya tak akan bersama. saya rasa kalimat “tunggu aja, jodoh gak akan kemana” itu gak sepenuhnya benar juga. menurut saya yang tepat, “perbaikilah diri sampai selevel dengan kebaikan jodoh yang kalian inginkan, jodoh yang baik itu akan datang dengan sendirinya.” Jadi bagi saya kalaupun pacaran itu dibolehkan, bagi saya tidak ada gunanya dan buang-buang waktu. karena nantinya jika memang bukan jodohnya akan putus lalu hanya akan menimbulkan sakit hati. lalu bagaimana bisa tau yang mana jodohnya? ya kalau yang ini kembali lagi ke Agama, saya percaya jodoh akan datang dengan jalan yang baik dan di Ridhoi Allah. apakah pacaran termasuk salah satunya? Tentunya tidak lah ya hahaha. oleh karena itu yang saya pahami ya, jodoh saya tidak akan datang dari orang yang saya pacari. makanya saya takut sama yang namanya pacaran. buang-buang waktu, buang-buang tenaga, penuh akan basa-basi, BASI. perlu diingat, sekali lagi ini apa yang saya percayai dan saya yakini.
Tipe kedua, percaya akan usaha. untuk membahas hal ini, saya harus menutup mata terlebih dahulu akan ajaran agama Islam yang melarang umatnya untuk mendekati Zinah (tentunya pacaran termasuk ya hahaha). Dalam hal ini Monica termasuk orang yang percaya akan usaha dalam suatu hubungan. mereka berusaha dengan sungguh-sungguh sehingga bisa bertahan dari masa pacaran dan akhirnya bisa menikah. saya rasa paham seperti ini sah-sah saja untuk lifestyle orang barat atau orang-orang dengan lifestyle yang biasa orang Indonesia pahami “Pergaulan Bebas”. dari awal masa pacaran, lalu pada umumnya akan tinggal bersama, dan akhirnya memutuskan untuk tunangan lalu menikah. bisa dibilang mereka memilih sendiri pasangan yang mereka anggap cocok, lalu berusaha mempertahankan hubungan mereka, devote satu sama lain, dan yang berhasil akan melanjutkannya sampai menikah lalu menua bersama. yang tidak menikah dan menua bersama bisa dikategorikan sukses juga sih menurut saya. bagi saya paham seperti ini memakan waktu lama dan melelahkan. saya justru kagum dengan orang-orang yang berhasil. kenapa lelah? bayangkan dari awal pacaran terus berusaha, lalu bisa menaruh kepercayaan ke orang lain, ketika sudah yakin, lanjut ke hidup bersama. semacam trial and error. kalau memang cocok dengan lifestyle pasangan akan bertahan lama, kalau nggak cocok ya malah putus. Tapi ada juga yang beranggapan, ya harus bertahan dengan lifestyle yang berbeda, itu yang dinamakan berusaha keras karena mereka sudah memilih partner-nya. yang saya pertanyakan, harus sampai mana berusahanya? sekali lagi, jika saya tidak menganut paham yang saya anut sekarang, proses hidup bersama dengan partner yang dipilih menurut saya sangat praktis. kenapa? ya itu macam trial and error, test drive pada mobil. kalau oke lanjut, kalau enggak ya tinggal. hahaha.
Lalu kenapa judul Post ini Manusia Lemah? karena saya percaya adanya Tuhan. saya percaya manusia tidak sekuat itu untuk terus menerus berusaha sebagaimana yang tertuang pada poin 2. harus ada pihak lain yang Maha Superior, yang mengontrol kehidupan ini untuk membantu manusia-manusia lemah ini agar bisa “stay” dan tidak lari. pada kasus poin ke 2 lari itu ya putus dari partner yang sudah dipilih. baru-baru ini saya menyelesaikan drama jepang yang berjudul “Totsuzen desuga, ashita kekkonshimasu” dalam drama itu ada karakter yang punya paham “yang namanya pernikahan berdasarka pure love gak akan bertahan lama, karena pada akhirnya akan hanyut dalam emosinya.” dan somehow saya (sangat) setuju hahahaha. bayangkan jika 2 insan menikah karena pure love, mabuk cinta, cinta buta, lalu cemburu pada hal yang tak seharusnya, posesif tak semestinya, melanggar privasi satu sama lain, dan berakhir pada hubungan yang tak sehat. coba dibandingkan 2 insan yang menikah berdasarkan kecintaan akan Rabb-nya. semua dijalani berdasarkan hukum yang telah disusun oleh sang Maha Kuasa, yang tidak ada kecacatan didalamnya. harus ada pihak ketiga, didalam suatu hubungan yang dapat membuat manusia bertahan didalamnya sampai menua. mengapa? karena manusia itu makhluk lemah. yang namanya jalan berpikir, selera, kecendrungan, bisa saja berubah seiring berjalannya waktu. itulah mengapa muncul kasus perselingkuhan, KDRT, dsb. coba kalau hubungan dilandaskan pada kecintaan pada Rabb-nya, peraturannya jelas, dan sudah sewajarnya untuk menaati peraturan tersebut. pada akhirnya? InsyaAllah tak ada yang tersakiti, dan surga pun dapat diraih serta menghasilkan keturunan yang berkualitas.
Manusia itu lemah, kalau tidak ada yang menumpu akan remuk. kalau bersandar ke manusia lainnya, akan remuk bersama menurut saya. apapun agamanya, yang namanya ilmu ke-Tuhan-an itu sangat penting. Manusia tanpa Tuhan? mau jadi apa? hahaha. Jalankan-lah ajaran agama masing-masing dengan seutuhnya. karena yang namanya agama itu benar sesuai dengan kebenarannya masing-masing. Karena saya penganut agama Islam, tentu saja saya bilang agama Islam yang benar hahaha.
Postingan ini tidak untuk menghakimi siapapun, saya bukan Tuhan yang bisa mengatakan siapa yang masuk surga. saya juga manusia kok, yang kerjaannya buat dosa hahaha. melalui postingan ini juga saya doakan agar yang sekarang masih pacaran, agar disegerakan menikah 😀
Ciao!!